Widget Bawah Header

WELCOME TO MY BLOG
🟦🟦 Manusia hanya mempunyai dua cara untuk belajar: satu dengan membaca dan satunya lagi berkumpul dengan orang-orang yang lebih pintar. (Will Rogers) 🟦🟦

Kisah Sungai Bengawan Solo Yang Berwarna Merah

Bengawan Solo Berwarna Merah

Sungai Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo Berdarah

Tak Seorang Berniat Pulang Walau Mati Menanti, Djoko Pekik.

Lukisan Djoko Pekik (bekas tahanan politik) yang berjudul “Tak Seorang Berniat Pulang, Walau Mati Menanti” itu setidaknya mewakili tragedi yang pernah terjadi di daerah saya. Cerita ini saya dapat dari penuturan kakek-nenek saya, walaupun mereka tidak berafiliasi dengan gerakan kiri. Cerita itu saya dapatkan ketika bertanya tentang apa yang terjadi pada tahun 1965. Latar belakang keluarga saya pun bukanlah aktivis, tapi tipikal birokrat Priyayi Jawa. Menurut almarhum kakek dan nenek saya, pada tahun 1965 sampai 1967 terjadi kejadian yang sangat memilukan di daerah saya, sebut saja kota A. Kejadian ini terjadi di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dilalui oleh Bengawan Solo. Pada saat itu, Bengawan Solo berwarna merah karena banyak mayat yang mengambang di sungai. Mayat siapakah itu?


Mayat tersebut tidak lain adalah mayat-mayat orang yang dituduh Komunis atau PKI. Mereka ini ditangkap lalu dipenjara dan hanya menanti untuk dibunuh atau dieksekusi. Salah seorang korbannya adalah salah satu pimpinan PKI yang jadi anggota DPRD di daerah saya yang merupakan tetangga kakek dan nenek. Dia ditangkap dan tidak kembali sampai sekarang. Jadi orang-orang PKI yang dituduh tanpa pembuktian di pengadilan ini dieksekusi di pinggir sungai, kemudian mayatnya dilemparkan ke sungai. Mayat-mayat tersebut ada yang dilempar dari atas jembatan, dan ada juga yang diseret ketengah-tengah sungai Bengawan Solo agar terbawa arus sungai. Mayat-mayat di Bengawan Solo itu tidak hanya dari daerah saya, tapi juga dari daerah-daerah lain seperti Solo (dieksekusi di Jembatan Bacem), Sukoharjo, Ngawi dan Blora Timur. 


Jembatan bacem
Jembatan Bacem, Salah Satu Tempat Pembantaian Orang-Orang PKI di Solo dan Sukoharjo


Memang daerah saya ini sejak tahun 1948 dikenal sebagai daerah basis PKI. Selain PKI tentu adalah basis PNI sehingga memang banyak yang Sukarnois, termasuk kakek dari ibu saya yang hingga meninggalnya di tahun lalu masih menganggap jika Soeharto bukan presiden yang sah, tapi mengkudeta Bung Karno.


Bengawan Solo yang merah darah di tahun 1965 sampai sekitar 1967 ini membuat banyak orang tidak lagi mencari ikan di sungai, selain itu mereka juga tidak mengkonsumsi ikan. Hal ini bisa dimaklumi kalau ikan-ikan tadi memakan mayat yang mengambang di sungai. Pernah ada salah seorang warga masyarakat sekitar yang menemukan jari tangan didalam perut ikan. Selain dieksekusi di sungai, sebenarnya juga ada yang dieksekusi di hutan-hutan jati. Mereka yang dieksekusi di hutan-hutan jati itu mayatnya dikubur di sana juga. Tentu butuh penyelidikan lebih lanjut soal dititik mana saja di hutan jati itu yang menjadi kuburan massal orang-orang PKI atau yang diduga simpatisannya, seperti anggota Pemuda Rakyat (PR), Barisan Tani Indonesia (BTI), Lekra sampai anggota Gerwani.


Hal ini tentu bukanlah persoalan yang mudah karena pelaku banyak yang sudah meninggal atau mengingkari telah berbuat kejahatan dengan melakukan penghilangan nyawa secara paksa, yang oleh aktivis HAM disebut tindakan genosida itu. Kalau anda tanya orang-orang tua yang masih hidup dan menyaksikan pembantaian 1965, pasti akan menceritakan hal yang kurang lebih sama.

Itulah sepenggal kisah memilukan yang pernah terjadi di Negri ini. Saya berharap, sejarah kelam ini tidak akan pernah terulang lagi dimasa-masa mendatang kepada anak cucu kita.




Dikutip dari : Quora

0 Response to "Kisah Sungai Bengawan Solo Yang Berwarna Merah"

Post a Comment

COMMENT IN A POOR AND WISE WAY👌

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

READ THIS ARTICLE!