PENGALAMAN HIDUP PEDAGANG BAKSO BAKAR MENGINSPIRASI BANYAK ORANG
![]() |
| FOTO: Supriadi Pedagang Bakso Bakar |
Kisah ini berawal dari seorang pedagang bakso bakar keliling . Pengalamannya sangat menginspirasi dan banyak mengajarkan kepada kita tentang nilai-nilai hidup. Kisah hidup yang bisa membakar dan memotivasi semangat anak-anak muda.
Dia bernama Supriadi, biasa di panggil teman-teman kampungnya dengan sebutan Kampret. Yah, mungkin karena warna kulit dan bentuk wajahnya yang lebih mirip kampret ketimbang manusia. Hehe..hee..Hehee..... (bercanda ya gays). Tapi dikalangan pelanggan bakso bakarnya, dia lebih akrab disapa Bang Black.
Duduk berdua di keheningan malam, di temani secangkir kopi dan berbatang-batang rokok, Supriadi mulai bercerita pengalaman hidupnya yang begitu keras disaat usianya masih anak-anak hingga dia menikah dan memiliki anak.
Terlahir dari kampung dan dari keluarga sederhana, Supriadi tidak bisa merasakan indahnya bersekolah seperti teman-temannya yang mengenyam pendidikan sekolah. Tapi hal itu tidak membuat Supriadi merasa minder. Di usianya yang masih sangat muda, keadaan memaksanya untuk merantau dan bekerja. Pergi merantau dengan secercah angan dan impian.
Baca Juga: Kisah Menginspirasi Seorang Wanita Tangguh Asal Bali
Selama merantau, hampir semua bidang pekerjaan dia kerjakan. Baginya, selagi pekerjaan itu halal dan menghasilkan uang kenapa tidak. Dari kampung, dia pergi mengadu nasib dengan bekerja di kota besar, berharap peluang lebih terbuka lebar jika dia merantau di kota. Dia gak mau seperti katak dalam tempurung, hanya terkurung di kampung yang tidak bisa membuatnya berkembang. Selama merantau, dia lama bekerja di restoran nasional. Kalau soal pengalaman dan kemampuan memasaknya gak perlu kita ragukan lagi. Supriadi bukan berlatar belakang pendidikan tata boga atau pendidikan masak memasak, tapi pengalaman lah yang membuatnya menjadi seorang ahli masak layaknya chef restoran hotel bintang lima.
Setelah lama bekerja di perantauan, hatinya pun berlabuh pada seorang perempuan berdarah batak mandailing (sebut saja namanya Maisaroh Hasibuan). Setelah menikah, dengan segudang pengalaman kulinernya selama di perantauan, Supriadi mencoba memulai usahanya dengan berdagang bakso kuah. Dengan bermodalkan steling kecil yang dia ikat kan diatas bangku sepeda motornya, Supriadi pun menjajakan dagangannya ditempat-tempat keramaian, kampung ke kampung dan dari sekolah satu ke sekolah lainnya. Awal berjualan pastilah banyak kendala yang ia hadapi. Tapi dari setiap masalah itu, tentu Supriadi belajar dan mencoba berbenah dan memperbaiki kesalahannya tersebut.
Tidak semulus apa yang dipikirkan, dagangan bakso kuahnya kurang diminati pembeli. Di rasa berjualan bakso kuah kurang laku, Supriadi pun banting setir dan mulai berjualan telor gulung. Tapi sama seperti sewaktu berjualan bakso kuah sebelumnya, Supriadi banyak mengalami kendala dan dagangannya kurang laku. Hingga pada akhirnya Supriadi memutuskan untuk mencoba berjualan bakso bakar. Setiap usaha dan kerja keras memang gak pernah mengkhianati hasil. Karena kesabaran, semangat dan ketekunan Supriadi dalam mencari rezeki buat keluarga kecilnya, maka Allah pun menjawab do'anya. Allah itu memang gak buta dan gak pernah tidur, Allah tahu siapa-siapa hambanya yang benar-benar tulus dan ikhlas dalam mencari rezeki.
Diluar dugaan, dagangan bakso bakarnya mendapatkan tempat di hati setiap pembelinya, dan selalu laris manis. Pelanggannya sangat suka dengan rasa bakso bakarnya. Kata pelanggannya sih, rasa daging baksonya benar-benar terasa. Terlebih bumbu/kuah bakso bakarnya yang begitu nikmat dan memiliki rasa yang khas. Apalagi dalam berjualan, Supriadi dikenal sangat ramah dan suka guyon kepada para pelanggannya. Hal itu juga salah satu penyebab dagangan bakso bakarnya selalu ramai pembeli. Melayani pembeli dengan ramah, sudah pasti akan meningkatkan penjualan kita.
Menurut pengakuan Supriadi, dalam sehari omset bakso bakarnya rata-rata bisa mencapai sekitar 250 hingga 800 ribu rupiah. Bahkan pada momen-momen tertentu seperti hari-hari besar omsetnya bisa mencapai 1,5 juta rupiah dalam sehari. Penghasilan yang sangat luar biasa memang, bahkan gaji pekerja kantoran pun saya rasa gak sampai segitu. Sedikit demi sedikit Supriadi mulai menabung. Biasanya setiap satu atau dua minggu sekali Supriadi selalu setor uang ke bank sekitar tiga hingga empat juta rupiah. Dari tabungannya itulah Supriadi kemudian membeli rumah. Kini Supriadi sudah memiliki tiga orang anak yang harus diperjuangkannya. Dia gak mau anak-anaknya kelak seperti dirinya, tidak bersekolah. Supriadi berharap, kehidupan anaknya jauh lebih baik lagi. Dan saya rasa itu memang harapan semua orang tua terhadap anak-anaknya.
Semoga kisah sukses Supriadi bisa menginspirasi kita untuk selalu pantang menyerah dalam menjalani hidup ini.
Terima Kasih..

0 Response to "PENGALAMAN HIDUP PEDAGANG BAKSO BAKAR MENGINSPIRASI BANYAK ORANG"
Post a Comment